Kalimat“ Jika ia mengingat-Ku, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku ” maksudnya jika mengingat Allah dalam keadaan bersendirian. Amalan yang sembunyi-sembunyi seperti inilah yang dibalas oleh Allah. Ulama Mu’tazilah dan yang sepaham dengannya berdalil bahwa malaikat lebih mulia dari para Nabi berdasarkan dalil “ Suamikujuga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti Memangkeberuntungan belum berpihak padaku. Jika aku pulang akankah seperti dulu, kak Nanka akan dimarahi sejadi jadinya. Karna menjatuhkanku, gagal menjadi istri. Dan kak Nanka akan lebih lebih lebih diam. Kemudian akankah kak Nanka mengalah, membiarkan dia jadi milikku? Atau sebaliknya, aku yang akan membiarkan dia menjadi milik kak Nanka. Kuharapdia belum menghapus nama Houstle yang melekat padanya. Dad hanya ingin mengatakan pada Kim dan Tammy yang sekarang berumur 11 dan 9, maaf telah meninggalkan kalian. Dad meninggalkan kalian bukan karena membenci kalian. Tetapi Dad ingin melindungi kalian. Sebenarnya Dad bukanlah manusia biasa yang normal. Begitupun dengan Kenyataandari lelaki ini adalah, aku sudah amat sangat mengenal dirinya luar dalam. Sisi negatif yang dia miliki, aku sudah mengetahuinya dan dia telah mengiyakan apa yang aku lihat dan juga rasakan. Tetapi karena aku tidak bisa membentuk standart terhadap seseorang yang aku inginkan, akhirnya situasnya membuat aku menjadi sakit sendiri. Fatimah: “Wahai suamiku Ali, aku telah halal bagimu, aku pun sangat bersyukur kepada Allah karena ayahku memilihkan aku suami yang tampan, sholeh, Mendahului seorang hamba dalam segala situasi dan kondisi. 37. Dzikir adalah cahaya di dunia dan ahirat. 38. Dzikir sebagai pintu menuju Allah. sptlaR. Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. جُنْدُبُ بن عبد اللهِ البجلي رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم - كان فيمن كان قبلكم رجل به جُرْحٌ فَجَزِعَ؛ فأخذ سكِّينا فحَزَّ بها يده، فما رَقَأَ الدم حتى مات، قال الله عز وجل عبدي بَادَرَنِي بنفسه، حرمت عليه الجنة». [صحيح] - [متفق عليه] المزيــد ... Jundub bin Abdillah al-Bajali -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ada seorang lelaki di antara umat sebelum kalian yang terluka. Ia tidak sabar lalu ia mengambil sebilah pisau kemudian memotong tangannya yang mengakibatkan darahnya mengalir dan tidak berhenti hingga dia meninggal dunia. Lantas Allah -'Azza wa Jalla- berfirman, "Hamba-Ku mendahului-Ku dengan membunuh dirinya, maka Aku haramkan surga untuknya." Hadis sahih - Muttafaq 'alaih Uraian Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menuturkan kepada para sahabatnya mengenai seorang lelaki dari umat terdahulu sebelum kita. Ia menderita luka menyakitkan yang membuatnya tidak sabar kemudian putus asa dari rahmat Allah -Ta'ālā- dan kesembuhan-Nya. Dia juga tidak sabar terhadap rasa sakitnya demi mengharap pahala-Nya, karena lemahnya motif iman dan keyakinan dalam hatinya. Lantas ia mengambil sebilah pisau lalu memotong tangannya sehingga ia mengalami lemas karena pendarahan. Darah itu mengalir terus dan tidak berhenti hingga ia meninggal dunia. Allah -Ta'ālā- berfirman yang artinya, "Inilah hamba-Ku, dia menganggap lambat rahmat dan kesembuhan-Ku, dan tidak memiliki ketabahan terhadap ujian-Ku. Sehingga ia menyegerakan dirinya kepada-Ku bunuh diri dengan kejahatannya yang diharamkan. Dia mengira bahwa dirinya telah memendekkan ajalnya dengan bunuh diri. Sebab itu, Aku mengharamkan surga untuknya. Barangsiapa yang diharamkan baginya surga, maka neraka sebagai tempat tinggalnya. Tidak ada keraguan dalam ilmu Allah -Ta'ālā- yang terdahulu dan kehendak serta keputusan-Nya terkait perbuatan pembunuh tersebut. Terjemahan Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Uyghur Kurdi Hausa Portugis Malayalam Tampilkan Terjemahan Oleh Jekson Pardomuan. "Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya. Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri”. - Mazmur 37 7 – 9 Tak bisa dipungkiri, kalau seseorang mengecilkan kita dihadapan isteri atau dihadapan teman-teman kita pastilah emosi kita akan melonjak dan membalasnya dengan tamparan atau menyerang balik dengan ejekan. Sikap seperti ini adalah sikap duniawi, yang mendahulukan emosi dan bukan hati yang berdasarkan kehendak Tuhan. Ketika kita mengalah untuk tidak menanggapi ejekan seseorang, pasti orang terdekat kita akan mengatakan kalau kita banci, tak punya nyali atau apalah itu kalimatnya. Itu adalah sikap duniawi yang mendahulukan emosi dan bukan berdasarkan pada pemikiran dan hati yang tulus serta bersih. Seperti ayat firman Tuhan di atas, berdiam dirilah dihadapan Tuhan dan berhentilah marah, tinggalkan panas hati yang membuat emosi semakin terbakar. Di hari-hari belakangan ini kita harus lebih banyak mengalah dan menyerahkan diri pada Tuhan. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti Mazmur 37 5 – 6. Mengalah adalah sikap yang sangat diperlukan untuk saat ini, tanpa mengalah ada banyak perpecahan akan terjadi baik di gereja, pekerjaan dan sebagainya. Kita perlu belajar untuk memiliki sikap mengalah menurut pandangan Alkitab. Dalam banyak hal pun saat ini kita harus rela mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan diri kita sendiri. Ketika Yesus berada di muka bumi ini, Ia sangat banyak memberikan nasehat dan perumpamaan agar manusia lebih mudah dalam menerjemahkan ayat-ayat firman Tuhan ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tertulis dalam Matius 5 39 “Tetapi Aku berkata kepadamu Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Dan dalam Lukas 6 29 “Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.” Kalau menerjemahkan ayat ini secara duniawi, pastilah kita akan mengatakan bodoh sekali. Apa benar ketika seseorang menampar pipi kanan lantas kita juga memberikan pipi kiri. Memahami firman Tuhan tidak boleh setengah-setengah, kita harus benar-benar meminta urapan Roh Kudus untuk mengerti lebih jauh tentang firman Tuhan. Seperti disampaikan di atas, sikap mau mengalah di hari-hari belakangan ini perlu kita praktekkan. Sikap mengalah memang bukanlah sikap yang populer untuk kehidupan kita selama ini. Justru orang yang mengalah itu menurut anggapan orang adalah orang yang diinjak, orang yang dirugikan, jadi akhirnya kita cenderung mengembangkan sikap tidak mau mengalah. Sikap tidak mau mengalah dan maunya hanya menang sendiri sering kali kita bawa ke dalam aspek-aspek kehidupan termasuk dalam kehidupan bergereja atau bersekutu dengan sesama saudara seiman. Bahkan dalam kehidupan berumah tangga pun sikap tak mau mengalah sering mendominasi hari-hari kita. Di dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang jadi penyebab munculnya sikap sukar mengalah. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 8 1-3, seringkali kita merasa lebih tahu, kita menganggap kitalah yang mengetahui kebenaran dan mengharapkan pihak yang satunya mengiakan pandangan kita. Paulus memberi keterangan yang penting yakni, sifat dasar pengetahuan adalah sombong artinya kalau tidak hati-hati pengetahuan mudah sekali membuat orang sombong. Paulus menekankan bahwa pengetahuan sejati bukanlah pengetahuan yang bersifat intelektual atau pengetahuan yang bersifat kognitif yakni dalam pikiran kita. Kita dianggap berpengetahuan jika kita mempunyai kasih. Kita juga sering kali merasa bahwa diri kita sendiri punya hak untuk marah, mengalah atau menang. 1 Korintus 914,15, "Demikian pula Tuhan telah menetapkan bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satu pun dari hak-hak itu, aku tidak menulis semuanya itu supaya aku pun..! Sungguh, kemegahanku tidak dapat ditiadakan siapapun juga." Perasaan Tenang Bersikap mau mengalah mudah untuk mengucapkannya, tapi sulit untuk melaksanakannya. Ada banyak contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana pertengkaran masih saja terjadi sampai sekarang. Mengapa pertengkaran itu bisa terjadi? Alasannya adalah, karena salah satu pihak tidak ada yang mau mengalah. Masing-masing pihak maunya menang sendiri. Mereka bersikap egois, mau menang sendiri dan tidak mau berinisiatif untuk meredakan kemarahan. Hal inilah yang menimbulkan pertengkaran yang hebat, baik antara suami isteri, abang adik, tetangga atau sesame teman. Mengapa seseorang tidak bisa memiliki sikap mengalah? Karena mereka menilai dari cara pandang yang salah. Mereka beranggapan, bahwa orang-orang yang mengalah menjadikan dirinya sebagai orang-orang yang kalah. Bisa juga hal ini terjadi karena tidak mau melepas segala hak demi orang lain, karena takut, tidak mau dirugikan orang lain, atau yang lebih parah lagi karena keegoisan diri kita sendiri. Kita lebih mudah mengalah terhadap perbuatan-perbuatan kedagingan kita. Buktinya, banyak orang-orang percaya yang lebih mudah mengalah pada perbuatan dosa daripada perbuatan yang penuh hikmat. Ada banyak orang yang mengalah pada iblis, imbasnya adalah menjadi kalah! Tetapi mengalah untuk kebenaran, mengalah karena memang benar-benar kita tidak memiliki sikap egois atau menang sendiri sepertinya hal itu sulit kita lakukan. Sebagai orang percaya sudah seharusnya kita memiliki sikap mengalah. Ada ketenangan yang kita rasakan ketika kita mengalah pada seseorang, perasaan tenang itu sumbernya dari ketegaran kita dan kesiapan kita dalam mengantisipasi emosi, kesiapan kita dalam meredam emosi. Kita perlu tahu bahwa mengalah merupakan bagian dari karakter Allah Filipi 26-7. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib merupakan bukti, bahwa Ia memiliki teladan dalam hal mengalah. Ia rela mengalah bukan saja menderita, melainkan mati bagi kita agar mau dikalahkan-Nya. Sekalipun Yesus mendapatkan caci maki, ejekan, hinaan, olokan dari sikap mengalah yang dimilikinya akhirnya membuat semua orang diselamatkan dari maut. Dalam hidup memang kadangkala kita menghadapi berbagai konflik. Jangankan dengan orang lain, dengan sesama anggota keluarga kita pun kita pernah mengalami konflik. Mungkin saat ini kita sedang mengalami pertengkaran dalam keluarga. Kita menjadi suami yang tidak mau mengalah dengan isteri. Atau kita menjadi kakak yang tidak mau mengalah dengan adik kita. Kiranya firman Tuhan hari ini menegur kita agar meneladani Yesus yang memiliki kerendahan hati. Mintalah kuasa Roh Kudus mematahkan setiap rasa ego yang ada di dalam diri kita. Mengalah itu pun sesungguhnya adalah bagian dari Iman untuk menantikan berkat-berkat Allah. Dalam Kejadian 37-13 diceritakan terjadinya pertengkaran antara gembala-gembala Abraham dan Lot, karena tempat yang semakin terbatas. Akhirnya Lot memiliki Lembah Yordan, tempat yang lebih baik yang banyak airnya. Sedangkan Abraham menetap di tanah Kanaan. Abraham sebenarnya berhak atas tanah warisan itu, tetapi Abraham rela mengalah dan memberikan tanah itu kepada Lot. Apa yang terjadi ? Tuhan memberikan seluruh negeri itu kepada Abraham dan kepada seluruh keturunannya Kejadian 1314-16. Warisan itu diberikan kepada Abraham setelah ia bersikap mengalah kepada Lot. Orang yang mengalah menandakan dirinya memiliki sikap lemah lembut. Itu yang menyebabkan dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mengalahkah kejahatan itu dengan kebaikan. Mengalah juga menandakan kita memiliki penguasaan diri. Ketika kita belum mampu memiliki sikap mengalah dengan orang lain, berarti kita belum bisa menguasai diri. Kita belum bisa mengalahkan segala keinginan kita. Ketika kita mengalah, kita sedang menaruh iman kita kepada Tuhan dan siap menerima segala janji-janji Allah. Masih adakah sikap mau mengalah dalam diri kita ? Atau sebaliknya, sampai hari ini kita masih tetap mengedepankan perasaan ingin menang sendiri ? Amin.

aku yang mengalah karena dirinya telah mendahului aku